Selasa, 20 Desember 2016

Nivea Men

Sebagai pesepak bola, aktivitas yang saya lakukan tidaklah sedikit. Namun, itu bukan berarti saya lupa untuk merawat tubuh. Padatnya aktivitas malah membuat saya harus selalu menjaga penampilan dimana-pun dan kapan-pun. Dari persiapan sebelum pertandingan, hingga meeting di luar atau sekedar hang out bersama teman setelah latihan.

Inilah daily essentials yang selalu saya persiapkan untuk aktivitas apapun. Saya selalu membawa NIVEA MEN deo Silver Protect & NIVEA MEN deo Cool Kick untuk membantu mengontrol keringat berlebih secara efektif di setiap aktivitas saya. Sebelum bermain sepak bola, saya selalu menggunakan NIVEA MEN Deo Silver Protect yang mampu bantu memberikan ekstra perlindungan selama 48 jam terhadap keringat dan bau badan berlebih. Sedangkan untuk meeting atau sekedar hang out bersama teman, NIVEA MEN Deo Cool Kick selain tepat untuk digunakan karena mampu untuk bantu mengontrol keringat, sensasi dinginnya juga mampu membuat badan segar seharian dan menjadi lebih percaya diri.

Untuk kamu yang juga punya aktivitas serupa dengan saya, cobain deh kedua produk NIVEA MEN Deo ini untuk mengatasi keringat yang berlebih sehingga tetap percaya diri sepanjang hari!

Selasa, 13 Desember 2016

Dream Come True

Sore hari ketika sang fajar akan tenggelam di ufuk barat, ada seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, besar, tegap dan berjanggut lebat seakan tidak peduli dengan penapilannya yang agak sedikit kusam. Dengan secangkir kopi hitam, laki-laki tersebut menikmati senjanya dari balkon kamar hotel 709. Laki-laki tersebut seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini di dirinya, dia mengenakan seragam yang berlebel Garuda di dadanya. Selama ini laki-laki tersebut yang saya kenal haya berani bermimpi mengenkan seragam kebesaran Tim Nasional Indonesia, tetapi apa yang saat ini terjadi, laki-laki tersebut mendapatka amanah dari negara untuk berjuang bersama sekuad Garuda lainnya di AFF 2016.

Iya, laki-laki dengan perawakan yang diatas itu, saya sendiri. Memang ini bukan pertama kali saya mengenakan seragam kebesaran Tim Nasional Indonesia, sejak berumur 13 tahun seragam itu bisa saya katakan setia hingga saat ini. Tetapi bagi saya seragam yang saat ini terasa sangat sepesial, mengapa tidak. Karena seragam ini berlebel Tim Nasional senior yang berlaga di piala AFF 2016, saya rasa banyak sekali pemian yang ingin mendapat kesempatan seperti saya, bukan hanya dari pemain yang berlevel liga super, tetapi dari level tarkam pasti juga sama ingin merasakan kesempatan seperti saya.

Selama ini saya haya berani bermimpi untuk mengenkan seragam yang bagi saya sangat keramat, tentu selain saya bermimpi, usaha, dan kerja keras selalu mendapingi prossesnya. Dari prosess tersebut adalah, latihan seperti sebagai mana mestinya pemain sepak bola, dan tidak mudah bagi saya untuk mendapatkan seragam berlebel Garuda tersebut. Seperti orang Jakarta (Betawi) bilang, keringat bukan hanya keluar dari pori-pori kulit, tetapi sampai harus keluar dari tempat yang tidak sewajarnya.

Prosess dari perjalanan career saya memang belum pernah saya tuangkan di Blog pribadi, mungkin suatu saat saya akan mentuangkan tentang perjalanan career sepak bola saya. Banyak orang, bukan hanya di dunia sepak bola, atau dunia olahraga yang ingin menjadi suksess melalui jalur yang instant. Saya rasa agak sedikit mustahil, jika ingin suksess tetapi tidak melalui prosessnya. Tetapi saya juga tidak sedang bicara tidak mungkin, ada beberapa contoh juga di dunia yang bisa menjadi suksess tanpa melalui prosess yang sebagai mana mestinya, dan saya tidak mungkin menyebutkan satu persatu di Blog pribadi.

Saat ini saya sedang merasakan dream come true, dimana sejak dulu saya haya berani bermimpi tetapi saat ini saya bisa mewujudkan mimpi yang telah lama menjadi bunga tidur saya. Piala Tiger 2002, ketika saya menjadi ball boy di setadion utama GBK saya melihat Hendro Kartiko dengan gagahnya mengenakan seragam Garuda didada ketika itu. Dan saat itu juga saya berani bremimpi untuk mengenakan seragam tersebut.

Dari semua cerita saya, itu hanya sepenggal perasan saya saat ini. Dan tentu saya sangat menikmati dari hasil yang pernah saya korbankan sejak dahulu, tetapi dari perjalanan saya yang paling dinikmati adalah prosessnya. Karena mimpi tidak akan didapat dengan begitu mudah, bahkan dibeli. maka dari itu nikmatilah prosess seblum mimpi itu terwujud.

Di akhir artikel ini, saya akan menulis. Jangat pernah membeli mimpi Mu dengan sebuah harta, atau tahta. Wujudkan pimpi Mu dari hasil keringat Mu sendiri, maka rasa mimpi Mu akan berbeda jika diwujudkan dengan hasil karya Mu sendiri.






                                                                                                                                                Tamat....




Rabu, 30 November 2016

Nivea Men Acne Control

Sebagai pesepak bola profesional, tentu saya harus berlatih setiap hari untuk menjaga performa. Terkadang waktu untuk berlatih juga tidak menentu, pagi, siang, atau sore hari saya harus selalu siap untuk berlatih. Bahkan cuaca sering tidak bersahabat dengan saya, hujan, panasnya terik matahari sudah menjadi teman saat berlatih.

Saat berlatih tentu kulit wajah saya terkena debu, dan tanah. Tetapi itu tidak menyulutkan niat untuk saya terus berlatih, dan bertanding. Pekerjaan sebagai pesepak bola profesional memang harus selalu bersentuhan langsung dengan debu, dan tanah.

Untungnya, ada NIVEA MEN Acne Control Fuji Ice Mud Serum Facial Foam untuk menjaga kulit wajah agar selalu terlihat fresh dan bersih dari jerawat.  Nah kalau kalian beli produknya sekarang, kebetulan NIVEA MEN lagi ngadain promo seru ke Inggris nih! Buruan cari dan beli produk NIVEA MEN bersticker khusus dan menangin kesempatan nonton bola ke Inggris bareng Bepe.

Beli produkya & baca infonya di bit.ly/NMEN_MauKeInggris!

Minggu, 20 November 2016

Sepak Bola Bukan Matematika

Araneta, salah satu kota di bagian negara Filipina. Filipina, dan Myanmar menjadi tuhan rumah Piala Suzuki AFF 2016. Piala AFF sudah bergulir sejak tanggal 19 November 2016, dan Indonesia baru melakoni satu pertandingan. Thailand lawan pertama Indonesia, dan Indonesia harus takluk 2-4 ketika itu.

Indonesia sendiri masih ada peluang yang besar untuk melaju ke babak semi final, jika nanti di tanggal 22 November Indonesia bisa menaklukkan tuhan rumah, maka peluang untuk lolos ke semi final semakin besar. Dan di laga pamungkas penyisihan grup tanggal 25 November Indonesia akan berhadapan dengan Singapura. Semoga di dua laga terakhir Indonesia bisa menyapu bersih, dan lolos ke semi final.

Pada pertandingan pertama saat melawan Thailand kita memang kalah 2-4, tetapi secara keseluruhan permainan Indonesia bagus, begitu kata Opah Riedl di beberapa media yang saya baca. Dan itu sepemikiran dengan saya, namun banyak cibiran untuk Tim Nasional kita di malam itu.

Memang main bagus saja belum cukup  memberikan kebanggaan untuk Negri tercinta, yang mereka inginkan adalah hasil. Kami pun sama, kami menginginkan hasil yang terbaik di setiap pertandingan.

Malam itu ketika setelah pertandingan, seperti biasa saya membuka akun sosial media pribadi. Saya hanya ingin melihat mention yang masuk di dalam sosial media pribadi saya. Ternyata ada beberapa yang mempertanyakan mengapa saya tidak menjadi pilihan pertama?. Di bawah ini akan saya jelaskan semua.

Memang menurut statistik di TSC saya lebih banyak save dari KMH atau TPA, tetapi kalau kita lihat secara pertandingan, wajar saja saya mendapat save lebih banyak. Karena KMH beberapa pertandingan harus absen ketika Arema bertanding, dan TPA demikian.

Bila di lihat dari posisi tim, sangat wajar bila saya lebih di unggulkan dari save. Karena Persija selalu di serang oleh tim lawan, sedangkan Arema, dan SFC tidak seperti Persija yang hampir setiap game harus minimal mendapat 4sampai 5 save.

Menurut saya jangan kita lihat dari sebuah statistik, karena sepak bola bukan seperti pelajaran matematika yang harus di hitung dalam angka.

Dan di cerita lain. Saya mendapat mention dari salah satu suporter Tim Nasional, yang berbunyi “Kenapa Andritany tidak di mainkan, apa anda tidak fit”?.  Saya membalas dengan, “Saat ini saya fit. Menurut saya yang tadi di turunkan adalah pemain yang terbaik untuk Indonesia. Dan saya rasa coach Riedl juga punya pertimbangan, mengapa memasang KMH. Tenang Min, saya yakin coach pasti tahu apa yang dia harus lakukan, yang terpenting saat ini teruslah beri dukungan, dan doa untuk kami disini agar mendapatkan hasil yang terbaik”.

Jangan pernah ragu dengan pemain pilihan coach Riedl, karena saya yakin pilihan dia yang terbaik untuk Indonesia”.

                                                         Tamat....

Jumat, 21 Oktober 2016

Salah Masuk Sektor

Sudah lama saya ingin menulis cerita ini di halaman Blog pribadi, cerita dimana waktu saya masih duduk di bangku sekolah SMA Ragunan. Tetapi cerita dan tulisan ini bukan tentang SMA Ragunan, melaikan kisah semi final Liga Indonesia 2007/2008.

Di tahun 2007/2008 saat itu kasta tertinggi sepak bola Indonesia masih bernama Divisi Utama, dan ini priode terakhir Divisi Utama, setelah itu berganti nama dengan sebutan LSI (Liga Super Indonesia).

2007/2008 club yang keluar sebagai juara Sriwijaya FC yang ketika itu di nahkodai oleh Rahmad Darmawan. SFC berhasil mengalahkan PSMS Medan di babak final, dengan hasil akhir 1-3.

Oke, saya tidak akan banyak mengupas tentang Divisi Utama di akhir priode. Saya akan menceritakan diri pribadi, yang saat itu harus mencaci club yang pernah saya bela di tahun 2009 hingga 2010.

Saat semi final Divisi Utama di tahun tersebut, ketika itu Persipura Jayapura bertemu PSMS Medan. Dan Sriwijaya FC bertemu dengan Persija Jakarta, kedua pertandingan berlabgsung di SUGBK.

Pertandingan pertama Persipura melawan PSMS, dan yang kedua SFC berhadapan Persija. Ketika itu saya bersama teman ada berniat untuk menyaksikan pertandingan secara lagsung di SUGBK.

Tetapi apa daya, dengan setatus pelajar, dan tidak ada uang untuk ongkos naik Trans Jakarta, apa lagi untuk membeli tiket masuk stadion. Rasanya mustahil untuk menyaksikan tim kesayangan berlaga.

Pada akhirnya saya dan teman, mengurunkan niat untuk datang ke stadion. Di lain waktu, teman saya yang berasal dari Papua mengajak untuk menyaksikan pertandingan di stadion. Tetapi ketika itu saya berterus terang, bahwa kita berdua  tidak memiliki fulus.

Ternyata oh ternyata, teman saya yang berasal dari Papua tersebut sudah memiliki tiket, dan beliau memiliki sisa tiket yang tidak di gunakan. Dan pada akhirnya saya meminta dua tiket untuk saya dan teman. Saat itu saya berkata, rezeq anak soleh. Bahaha

Problem berikutnya adalah, tidak ada fulus untuk ongkos ke SUGBK. Tiket sudah di tangan, jadi kami harus memaksa cari uang sekedar untuk membeli tiket Trans Jakarta. Ternyata lumayan masih ada sekitar Rp 50.000.,- di lemari pakaian.

Dengan senang hati saya berdua bersama teman yang bernama Sandri Kasma akhirnya dengan selamat sampai di ring road SUGBK, tidak menunggu lama kita langsung mencari pintu masuk yang tertulis di lembaran tiket tersebut.

Sesampai di dalam, ternyata saya salah sektor. Sektor dimana tempat semua orang memakai baju berwarna kuning yang menandakan suporter dari SFC. Dan saya akhirnya mencoba pindah ke sektor yang agak kosong, dan sedikit nyaman.

Kick off dimulai, saya sudah mendapatkan posisi yang nyaman untuk menyaksikan. Ketika pertandingan baru masuk menit ke 25', shooting kaki kiri Keith Kayamba Gumbs merobek gawang Persija, yang saat itu di kawal Evgheny Khmaruk. Saat itu juga dengan refleks saya kesal dan memaki Gumbs yang ketika itu bermain luar biasa.

Gol Gumbs menjadi satu-satunya di pertandingan malam itu. Akhirnya Persija saat itu kalah di fase semi final, dan harus rela membiarkan SFC melaju ke final. Walau di malam itu Persija harus kalah, tetapi hati saya tetap senang, karena bisa menyaksikan langsung Persija di SUGBK.

                                             Tamat....

Sabtu, 24 September 2016

Kebanggan Ardhiyasa

Jelang beberapa hari sebelum laga persahabatan dengan Malaysia digelar, media massa ramai memberitakannya. Wajar, karena ini adalah pertandingan Tim Nasional (Timnas) Indonesia untuk pertama kalinya setelah sanksi selama kurang lebih 18 bulan dari FIFA dicabut.

Mungkin karena rasa rindu yang teramat besar dari masyarakat kita melihat Timnasnya berlaga, pertandingan itu pun menjadi topik pembicaraan yang hangat. Ditambah lawan uji coba yang dihadapi adalah Harimau Malaya, musuh bebuyutan Tim Garuda.

Bagi saya pribadi dan keluarga Ardhiyasa, laga hari itu adalah laga istimewa. Betapa tidak?  Saya dan kakak saya, Indra Kahfi Ardhiyasat terpilih menjadi bagian dalam barisan skuat Merah-Putih. Pertama kali bagi keluarga Ardhiyasa dan bisa jadi juga yang pertama bagi keluarga dari Betawi. Kakak-beradik asal Betawi berada dalam Timnas.

Sejak awal kami berdua dipanggil untuk ikut tahap seleksi Timnas, saya sudah sangat senang. Saya makin senang saat saya dipercaya sebagai starter dalam duel kontra Malaysia yang digelar Selasa, 6 September 2016 di Solo. Rasa bahagia makin yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata saat Indra masuk ke lapangan sebagai pemain pengganti pada 8 menit akhir laga malam itu.

Saya juga yakin kedua orang tua kami pasti bahagia. Kedua putranya bisa tampil bersama membela Tim Merah Putih, membela negara yang kami cintai. Peristiwa ini semakin memompa semangat saya untuk terus memberikan yang terbaik selama dipercaya bermain untuk Timnas. Kami akan berbuat yang terbaik untuk negara kami tercinta.

Dan kami sampai di level ini bukan hanya salah satu orang yang beruntung, kami bisa sampai disini berkat kerja keras dan pantang menyerah. Itu lah yang selalu di tanamkan oleh orang tua kami sejak kecil.

                                                          Tamat....

Senin, 05 September 2016

Gimana Hasilnya Setelah Di UGD


Tim Nasional kita tidak lama lagi akan menghadapi event  dua tahunan pesta sepak bola di dataran ASEAN. Ketika di tahun 1996 hingga 2006 AFF Cup bernama Tiger Cup, dan setelah tahun 2007 nama tersebut berubah menjadi AFF Cup. Pada pergelaran di tahun 2008 untuk pertama kalinya nama Tiger Cup di ganti menjadi AFF Cup.

Tim Nasional kita belum pernah sekalipun membawa pulang trofi yang sudah dua kali berganti nama, pencapaian terbaik adalah menjadi empat kali finalists. Prestasi yang terakhir di Piala AFF hanya mencapai penyisihan group, ketika itu nahkoda Tim Nasional Alfred Riedl di tahun 2014.

Saat ini bukan saya sedang membandingkan pelatih atau materi pemain di tiga era terakhir Piala AFF. Dan saya juga sedang tidak berkata pelatih A lebih baik dari pelatih B, dengan hasil dari AFF 2010, 2012, dan 2014. Jelas dengan kasat mata, timnasional 2010 di bawah arahan Alfred Riedl ketika itu lebih siap dari dua event setelahnya.

Pertanyannya adalah, mengapa seorang Andritany Ardhiyasa menilai 2010 lebih siap dari 2012, dan 2014?

Dalam analisa saya, mengapa 2010 lebih siap. Karena salah satu faktor adalah liga yang berjalan baik, dengan sistem satu wilayah. Pada saat liga berjalan satu wilayah seperti sekarang ini, setiap pemain sedang berada di peak performance. Karena dengan jumlah banyaknya pertandingan yang sama untuk setiap klub.

Mengapa 2012 bisa di bilang jauh dari kata sukses?.

Saat di tahun 2012, di tahun itu cikal bakal hancurnya sepak bola Indonesia, mengapa?. Terjadinya dua lisme ke pengurusan PSSI, membuat Tim Nasional kita terbagi menjadi dua. Pada akhirnya organisasi sibuk dengan dua lisme yang terjadi, sampai lupa untuk menyiapkan tim terbaik untuk turun di event AFF Cup. Dan hasil yang kurang memuaskan terjadi di tahun tersebut.

2014 salahnya di sistem liga. Mengapa saya bilang demikian?. Dengan tatanan liga yang menjadi dua wilayah saat itu, menjadi sebuah masalah besar bagi Tim Nasional kita. Bisa saya bilang hanya sebagian pemain yang bisa mencapai di peak performance. Mungkin hanya pemain dari klub yang masuk sampai di semi final atau final liga. Bagi pemain yang klubnya tidak lolos ke semifinal dan final akan memulai kondisi fisik dari nol.

Sekali lagi bukan saya sedang membandingkan di tiga era tersebut. Semoga saja di tahun 2016 ini, dengan tatanan liga yang satu wilayah, dan tidak ada nya konflik dua lisme, semoga membuat timnasional kita bisa berbicara banyak di pentas AFF Cup.

Mari kita nantikan apa kah Garuda sudah benar-benar sembuh dari sakitnya?, setelah lebih dari satu tahun lamanya masuk di unit gawat darurat (UGD). Menarik untuk kita tunggu. Dan jangan lupa mari kita support untuk timnasional kita yang akan berlaga di AAF Cup November mendatang.

                                                               Tamat....

Jumat, 01 Juli 2016

Pahlawan Yang Terlupakan

Malam itu di sekitar daerah pemukiman rumah saya di guyur hujan deras, dan sesekali terdengar suara petir yang menggelegar. Hujan turun dengan derasnya, suara percikan air yang turun ke bumi terdengar dari balik kaca jendela kamar tidur saya.

Malam itu saat hujan turun, saya tengah asik menonton televisi, acara yang saya saksikan saat itu adalah Road To ASIAN Games Indonesia. Dari menonton acara tersebut, pada akhirnya terlintas di benak saya untuk membuat sebuah artikel ini.

Oke, sedikit kita lupakan acara televisi yang saya saksikan tadi. Indonesia, negara yang besar, negara yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang melimpah.

Negara ini tidak pernah kehabisan bakat-bakat dari dunia olahraga. Dari Yayuk Basuki cabang tenis lapangan. Rudy Hartono, Susy Susanti, Alan Budi Kusuma cabang bulutangkis. Nurfitriana Saiman cabang Pemanah. Rony Paslah, Rony Patinasarani cabang sepak bola. Iliyas Pikal cabang tinju dan masih banyak lagi atlet-atlet berprestasi yang tidak mungkin saya sebutkan namanya satu per satu.

Nama-nama diatas adalah sedikit nama pahlawan-pahlawan bangsa dari dunia olah raga, mereka pernah membawa harum nama bangsa Indonesia di kancah internasional. Jasa mereka sangat besar untuk olahraga Indonesia.

Memang mereka bukan pahlawan kemerdekaan selayaknya Jendral Soedirman, atau Bung Tomo. Namun setidaknya mereka pernah berjuang, dan mengharumkan bendera pusaka merah putih di dunia olah raga.

Jasa yang besar seperti pahlawan revolusi memang harus kita kasih penghargaan, contohnya sepeti nama jalan atau nama sebuah gedung. Tetapi terkadang pemerintah Indonesia tidak pernah melihat jasa-jasa dari pahlawan dunia olahraga, mereka juga pernah membawa harum nama bangsa Indonesia di level internasional.

Di suatu pagi, saya pernah membaca berita di salah satu koran nasional, berita yang akhirnya membuat hati saya terenyuh. Berita tentang seorang mantan atlet nasional yang harus berjualan minuman di salah satu stadion olah raga di Jakarta.

Pada kisah yang lain, saya juga pernah melihat seorang mantan atlet nasional, yang harus menjadi pengemudi ojek demi menghidupi keluarganya.

Jasa para pahlawan olah raga memang tidak sebesar para pahlawan kemerdekaan, hingga tidak juga perlu dibuat menjadi nama-nama jalan protokol. Namun setidaknya sebuah perhatian sudah selayaknya mereka dapatkan dimasa-masa tua mereka.

Dan oleh karena itu, saya rasa pemerintah Indonesia harus segera turun tangan, agar mantan-mantan atlet yang pernah mengahrumkan nama bangsa dan negara mendapatkan perhatian yang semestinya.

Bukankah, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenang jasa-jasa para pahlawannya".

Selesai....

Sabtu, 25 Juni 2016

Memanasnya di Tribun

SUGBK memanas. Pada pertandingan lanjutan TSC 2016 dipekan ke 8, mempertemukan dua tim besar di Indonesia. Persija menjamu tamunya Sriwijaya Fc, pertandingan tersebut kickoff jam 21.30.

Pertandingan tersebut berlangsung menarik, kedua tim saling jual beli serangan, dan kedua tim sama-sama mempunyai banyak peluang. Walau tampil sebagai tim tamu, SFC (Sriwijaya FC) tidak membuat mereka bermain bertahan. Beberapa kali mereka mengancam gawang Macan Kemayoran, yang di kawal oleh penulis artikel ini.

Macan Kemayoran yang bersetatus sebagai tuan rumah, tentu tidak ingin kehilangan harga diri di depan publik sendiri. Bermain di hadapan lebih kurang 40.000 The Jak Mania, sudah pasti semangat punggawa Macan Kemayoran berlipat ganda.

Di babak pertama, Persija menurunkan pemain-pemain lokal, tidak ada satupun pemain asing yang di turunkan oleh pelatih kebangsaan Brazil. Sedangkan di pihak lawan, dengan materi yang lebih siap dan lebih berkilau, dengan diisi beberapa pamain senior dan berlebel timnasional.

Pertandingan di babak pertama sangat berimbang, dengan hasil 0-0. kickoff babak kedua di mulai, pertandingan masi sama seperti di babak pertama, masi sama-sama jual beli serangan. Dimenit 66 sebuah petaka bagi Persija, melalui bola free kick dari kaki Hilton Morerra, SFC berhasil mengungguli tuan rumah. 0-1 untuk SFC.

Setelah gol tersebut terjadi, pertandingan agak sedikit panas, tetapi panas pertandingan buka di dalam lapangan, melainkan di tribun bangku penonton. Flare menyala di beberapa sektor stadion, bunyi petasan mengganggu komunikasi sesama pemain dan konsentrasi pemain, akhirnya pihak keamanan harus melepaskan tembakan gas air mana. Dari insiden tersebut, beberapa kali pertandingan harus di berhentikan oleh wasit Jumadi Efendi.

Pada akhirnya puncak dari kecewanya beberapa suporter di menit 81. Belum berakhirnya pertandingan, ada 1 oknum suporter menerobos masuk kedalam lapangan, tidak lama kemudian segerobolan oknum suporter masuk ke dalam area pertandingan dan membabi buta mengejar barikade keamanan (Polisi).

Karena insiden tersebut, tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertandingan yang masi tersisa sekitar 9 menit. Dan hasil pertandingan belum bisa di putuskan, dari sisa waktu yang ada, saya berasumsi skor 0-1 tidak akan berubah.

Dengan insiden tersebut, tim sangat di rugikan. Dengan sisa waktu pertandingan yang masi ada, saya rasa tim masi bisa berbuat banyak.

Atau ini sebuah bentuk protes kalian terhadap pihak ke amanan (Polisi), yang kabarnya membunuh teman kita?

Apa pun alasannya, tidak layak untuk di benarkan. Dan apapun tujannya tetap di salahkan, karena kita hanya orang sipil, dan sangat tidak di benarkan. Saat kita melawan sebuah instusi negara, pada saat itu juga kita sedang melawan negara sendiri.

Dan diakhir artikel ini, saya berpesan untuk teman-teman suporter. Jadilah suporter yang dewasa, yang cerdas dan tidak mudah terprovokasi. Dan kalian harus ingat, emosi tidak akan menselesaikan setiap masalah yang ada.

Selesai....

Selasa, 26 April 2016

Selamat Berkerja, dan Mencari Nafkah

JT 794, pesawat dengan route penerbangan Jakarta menuju Jayapura. Tanggal 26 April 2016 pukul 22.25 WIB, sekuad tim Persija Jakarta bertolak menuju Jayapura. Penerbangan akan di tempuh waktu 5 jam dan 30 menit.

Tim Macan Kemayoran akan mengawali kiprahnya di TSC (Torabika Soccer Championsihp) pada tanggal 29 April 2016. Pada laga pertama tim Macan Kemayoran akan menghadapi tuan rumah Persipura Jayapura, dan laga tersebut menjadi laga pembuka dari mulainya TSC tersebut.

TSC tersebut mengunakan peraturan yang hampir sama dengan liga-liga eropa, dengan sama-sama kita ketahui. Bahwa kompetisi ini dengan duration yang cukup panjang. Lamanya duration sekitar delapan bulan, dan bertanding hanya di wekeend. Ini membuat turnamen-turnamen yang seperti sebelumnya, kemungkinan besar tidak akan ada lagi.

Kehadiran TSC tersebut disambut baik oleh insan sepak bola nasional. Setelah di berhentikannya QNB League tahun 2015, selama ini tidak ada lagi sebuah kompetisi dengan duration yang panjang seperti halnya sebuah liga.

Selama satu tahun, dari 2015 sampai 2016, praktis hanya beberapa turnamen demi turnamen dengan duration yang cukup singkat. Dari Piala Kemerdekaan, Piala Presiden, Piala Jendral Sudirman sampai yang terakhir Piala Bahayangkara. Dari semua turnamen tersebut, hanya klub-klub level tertinggi dari sepak bola nasional yang bermain.

Dan pada akhirnya dengan mengatas namakan solideritas kepada teman-teman yang satu profesi, dari asosiasi pesepakbola profesional Indonesia atau yang sering kita dengar, atau kita baca di media yaitu APPI. Dengan presiden dan wakilnya serta exco dari APPI tersebut, menyatakan sikap. Bahwa akan memboikot semua turnamen, sampai ada kejelasan bergulirnya kompetisi yang berjenjang dan bersinambungan.

Seperti pucuk dicinta, ulampun tiba. Tidak lama APPI menyatakan sikap, PT GTS (Gelora Tri Sula) membuat sebuah statement, akan membuat sebuah kompetisi yang berjenjang dan berkesinambungan. Statement dan wacana PT GTS tersebut, di sambut baik oleh pihak APPI.

Ternyata niat baik dari PT GTS tersebut tidak berjalan mulus, karena adanya konflik antara Pemerintah dengan PSSI, membuat pertandingan perdana TSC tersebut tidak on schedule. Yang awalnya laga pembuka pada tanggal 14 April 2016, akhirnya harus di reschedule menjadi 29 April 2016.

Awalnya dari tim transisi bentuka Menpora belum merekomendasikan agar berjalannya TSC tersebut, dan juga dari pihak BOPI (Badan Olahraga Profesioanal Indonesia) demekian sama seperti halnya tim transisi. Tetapi di lain waktu RI1 atau yang kita tahu bapak Presiden Joko Widodo meminta agar berjalannya roda kompetisi sepakbola, setelat-telatnya di akhir bulan April.

Dengan keluarnya sebuat statement dari orang nomer satu di negri ini, mau tidak mau, BOPI atau dari tim transisi harus mengeluarkan rekomendasi ijin menggulirkan TSC tersebut.

Dan bapak Presiden, meminta kepada operator kompetisi, atau pihak GTS, untuk menyelenggarakan laga pembuka di wilayah timur Indonesia. Dengan alasan, sebuah semangat baru dari sepak bola nasional, harus seperti sang surya, yang selalu terbit dari ufuk timur.

Dan pihak GTS membuat sebuah kompetisi yang berjenjang, dari TSC A, yang di ikuti 18 klub ISL, ada juga TSC B untuk Divisi Utama, TSC C untuk Liga Nusantara. Dan juga GTS membuat konpetisi untuk usia dini, seperti TSC U-21 dan TSC U-18.

Dari format yang di luncurkan pihak GTS, ini adalah sebuah kompetisi berjenjang. Yang berarti semua klub atau pemain mempunyai kesempatan bermain di TSC. Dan tidak ada lagi untuk alasan, bahwa kompetisi hanya untuk klub dan pemain-pemain yang berlaga di kasta tertinggi.

Semoga hajat dari PT GTS tersebut berjalan dengan lancar, dan tidak lagi ada masalah seperti sebelum-sebelumnya, apa lagi masalah menyangkut dengan hak-hak pelaku pesepakbola.

Untuk teman-teman seprofesi. Selamat berkerja, dan mencari nafkah untuk keluarga. Tetap semangat.
           

                                                                   Selesai....
                                                  

Selasa, 12 April 2016

Pawon

Seperti biasa pada saat tour keluar kota, saya selalu menyempatkan diri untuk mencicipi makanan khas dari kota yang saya singgah. Dari daerah Aceh sampai ke daerah Papua, setiap saya singgah di salah satu kota di negri ini, selalu mencicipi hidangan khas dari kota tersebut.

Seperti di Aceh, terkenal dengan mie, roti cane dan kopi nya. Palembang terkenal dengan Pempek nya, Wamena dengan udang selingkuh nya, Jayapura dengan ikan bakarnya, atau Solo yang populer di mata pemain sepak bola dengan soto Celana Dalam, seperti yang di sebut oleh mas Bambang Pamungkas. Dan masi banyak lagi di daerah-daerah yang belum bisa saya sebutkan satu persatu.

Disini saya akan bercerita tentang makanan khas dari kota pelajar DIY (Daerah Istimewa Yogjakarta), makanan khas dari kota ini adalah gudeg. Gudeg, dengan satu porsinya yang biasa berisikan nasi di campur oleh nangka muda yang sudah dimasak dengan campuran gula merah dan di tambahkan sambel kerecek yang sedikit basah. Bisa juga di tambahkan telor semur atau opor ayam.

Gudeg yang saya akan ceritakan agak sedikit berbeda dengan gudeg Yu Djum yang sangat familiar di kota Jogjakarta. Gudeg yang saya akan ceritakan ini tidak pernah membuka cabang, dan juga lokasi atau tempat agak sedikit sulit untuk dicari. Mungkin kalau memakai google map, bisa langsung ketemu dengan dapur dari gudeg tersebut.

Gudeg Pawon, yang artinya gudeg dapur. Memang kita harus mengantri dan membutuhkan kesabaran yang tinggi untuk mendapatkan satu porsi gudeg Pawon tersebut. Antrian yang sangat panjang membuat pengunjung merasa semakin penasaran dengan rasa dari gudeg tersebut.

Pawon, yang arti dari bahasa Jawa adalah dapur. Mengapa di bilang demikian?. Banyak orang bilang, karena penjual memakai dapur sebagai tempat berdagang. Kita harus memasuki sebuah gang yang sempit, yang hanya bisa di lewati satu sepedah motor untuk antri menuju pawon dari penjual gudeg.

Ya... butuh sedikit perjuangan dan kesabaran untuk mendapatkan gudeg pawon tersebut. Tetapi saya berani menjamin, kualitas rasa tidak akan mengecewakan. Rasa yang gurih dan manis, di tambah cabai, membuat rasa semakin lengkap. Saya rasa sudah cukup untuk membuat air liur mengalir di dalam mulut. Dengan tambahan opor ayam kampung, membuat gudeg ini menjadi lebih sempurna.

Pesan dari saya, jangan pernah telat untuk datang ke gudeg Pawon. Telat sedikit, pasti akan antri panjang, dan bisa juga tidak akan mendapatkan gudeg yang bisa di bilang juara dunia.

Gudeg tersebut buka jam 22.00- sampai habis, terkadang jam 23.00 sudah tidak ada sisah.

Lokasi tidak akan saya share, karena jika kita menginginkan sesuatu harus ada usaha.

Kamis, 07 April 2016

30 Mei 2015

Tanggal 30 Mei 2015, dimana tanggal ini menjadi saksi sejarah yang kelam bagi sepak bola Indonesia. Pada tanggal tersebut PSSI yang pada dasarnya adalah organisasi tertinggi sepak bola Indonesia mendapatkan suspend dari organisasi tertinggi sepak bola dunia, yang selama ini dikenal bernama FIFA.

Seakan bunyi petir di siang hari yang terik, saya merasa sangat terkejut dengan di jatuhkannya suspend tersebut. Sebelum di jatuhkannya suspend untuk Indonesia, saya baru saja menerima surat pemanggilan TC (Training Center) timnasional, untuk persiapan pra piala Asia.

Hati yang sangat berbunga-bunga pada saat saya menerima surat pemanggilan untuk TC timnasional, ibaratkan saya mendapatkan surat cinta dari seorang yang saya cintai. Bagaikan sebuah perjalanan cinta anak-anak jaman sekarang, setelah berbunga-bunga, tidak lama hati terluka. Dan saya merasakan hal itu, setelah mendengar Indonesia di jatuhkan suspend dari FIFA.

Pada tanggal yang sama, sebelum di jatuhkannya suspend kepada sepak bola kita. Tuhan terlebih dahulu memberikan saya sebuah kado yang amat sangat terindah, dan kado itu tidak akan pernah saya lupakan selama hidup saya. Jam 15.25 WIB isteri tercinta saya yang bernama Citra Destie Arlindasari melahirkan seorang anak perempuan yang cantik nan lucu. Yang saat ini kami memberi nama Binar Jiwa Ardhiyasa.

Anugrah yang sangat indah di penghujung bulan. Tetapi setalah 4 jam kelahiran putri kami tercinta, saya membaca berita dari sebuah media sosial, yang membuat hati saya menjadi sangat sedih di hari bahagia itu.

Iya, suspend yang di terima sepak bola kita, membuat saya sedikit sedih di hari sejarah keluarga saya. Tetapi di tanggal tersebut bukan hanya hari sejarah untuk keluar saya, ternyat untuk semua bangsa Indonesia. Dan untuk pertama kalinya bangsa yang besar ini, sepak bolanya harus terkena suspend dari FIFA.

Saat ini sudah 10 bulan umur dari anak saya, berarti sudah 10 bulan juga sepak bola kita terjerat sanksi dari FIFA. Saat ini anak saya sudah mulai bisa berjalan, yang artinya dari hari demi hari, dari bulan ke bulan ada sebuah progres atau sebuah kemajuan. Tetapi itu tidak saya lihat dari sepak bola kita.

Hanya sebuah turnamen demi turnamen yang selalu di buat, tetapi tidak ada kejelasan dimana akan bermuaranya. Dari beberapa turnamen, seakan membangkitkan gairah sepak bola Indonesia yang saat ini mati suri, tetapi itu buka  jalan keluar dari sanksi yang di berikan FIFA terhadap sepak bola kita.

Dan sebuah turnamen hanya memberi nafas bagi pemain-pemain yang  bermain di top level, bagai mana dengan teman-teman kami yang berada di level berikutnya. Apakah mereka masi bisa makan dan bermain sepak bola?.

Sepuluh bulan sudah konflik antara pemerintahan dengan PSSI tidak juga selesai, sampai kapan kami harus menunggu ini semua. Dan sampai kapan kami bisa bernafas dengan sempurna, karena terlalu banyak beban tentang sepak bola kita di kepala kami. Dada kami tersa sempit, dada kami terasa tidak bisa bernafas dengan lepas, semua karena konflik ini. Jangan kalian korbankan kami, sesungguhnya kami adalah korban dari kepentingan kalian.

"Jangan lah kita sebagai bangsa yang menindas orang lain, demi kepentingan diri sendiri"....

#Indonesiabersatu
#indonesiabersama

Kamis, 04 Februari 2016

Charity Game

Kamar 1012, hotel Fave kota Solo Surakarta. Malam menjelang pagi, jam di smart phone saya sudah menunjukan pukul 02.15 WIB, tentunya ini jam dimana saat pedagang sayur pergi kepasar untuk membeli belanjaan. Dan ini bukan waktu yang tepat untuk saya menulis, tetapi jemari, dan rasa emosi saya saat itu ingin sekali menulis artikel ini.

Tanggal 2 Februari, ada sekitar 30 pemain liga Indonesia datang ke kota Solo. Mereka datang untuk mengikuti pertandingan amal yang di selenggarakan oleh Gibol, pertandingan amal tersebut untuk membatu sesama pemain sepak bola yang selama ini sedang mendapatkan musibah cidera. Ada tiga pemain sepak bola yang saat ini akan di bantu oleh pihak Gibol, ada Mohamad Nasuha, Alfin Tual Salamony dan Abdul Rahman Lestaluhu.

Ketiga pemain tersebut harus menerima kenyataan pahit, mereka harus menepi dari lapangan hijau sudah lebih dari setengah tahun. Memang hantu paling menakutkan atlet adalah cidera, tetapi seberat apa pun cidera yang di alami pasti akan bisa pulih kembali, jika penanganan secara profesional dan sabar.

Dari tiga pemain tersebut, mereka cidera saat masi terikat kontrak dengan klub yang di belanya saat itu. Tetapi yang saya dengar langsung dari mereka, tidak ada nya pertanggung jawaban dari klub. Parahnya lagi, dari pihak federasi atau pemerintah tidak ada ikut ambil bagian untuk pengobatan mereka.

Piala AFF 2010, siapa yang tidak mengenal Mohamad Nasuha, pemain Indonesia bernomer punggung 2, yang selalu bermain dengan gigih dan tidak mengenal kata menyerah. Alfin, pahlawan Indonesia saat di SeaGames Myanmar 2013. Berkat gol nya dari titik pinalty Alfin mengantarkan merah putih lolos ke babak semifinal SeaGames saat itu.

Dua pemain yang pernah mengharumkan nama bangsa di kanca dunia, kali ini harus berjuang untuk bisa berlari, melompat, dan menendang si kulit bundar lagi. Tetapi federasi, dan pemerintah tidak ada perhatiannya kepada mereka yang pernah mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Seharusnya ini menjadi cerita yang terakhir dari sepak bola kita, meski ini bukan yang pertama kalinya. Sudah pasti banyak orang akan berpikir berulang kali untuk menjadi pesepak bola, jika klub, federasi, dan pemerintah tidak bertanggung jawab dalam menjamin kesehatan dan keselamatan atlet.

Dan saya sangat mengapresiasi kepada penyelenggara, jika memang pertandingan ini semata-mata hanya ingin membantu teman kami. Tanpa ada nya maksud lain atau menyinggung pihak-pihak tertentu. Tentu saya akan menjadi sebaliknya jika memang pihak penyelenggara ada niat lain di balik pertandingan amal ini.

Mengapa saya bilang jangan ada niat lain selain amal. Karena saya pribadi tidak ingin di jadikan sebagai media atau alat berpolitik. Saya dan teman-teman pemain, berada disini karena ingin membatu sesama pesepak bola. that's it.

Dan di akhir sekali, saya akan berkata. Cepat sembuh untuk Alvin, Nasuha dan Rahman. Cepatlah berlari dan mengejar si kulit bundar bersama-sama kami lagi kawan.