Sabtu, 24 September 2016

Kebanggan Ardhiyasa

Jelang beberapa hari sebelum laga persahabatan dengan Malaysia digelar, media massa ramai memberitakannya. Wajar, karena ini adalah pertandingan Tim Nasional (Timnas) Indonesia untuk pertama kalinya setelah sanksi selama kurang lebih 18 bulan dari FIFA dicabut.

Mungkin karena rasa rindu yang teramat besar dari masyarakat kita melihat Timnasnya berlaga, pertandingan itu pun menjadi topik pembicaraan yang hangat. Ditambah lawan uji coba yang dihadapi adalah Harimau Malaya, musuh bebuyutan Tim Garuda.

Bagi saya pribadi dan keluarga Ardhiyasa, laga hari itu adalah laga istimewa. Betapa tidak?  Saya dan kakak saya, Indra Kahfi Ardhiyasat terpilih menjadi bagian dalam barisan skuat Merah-Putih. Pertama kali bagi keluarga Ardhiyasa dan bisa jadi juga yang pertama bagi keluarga dari Betawi. Kakak-beradik asal Betawi berada dalam Timnas.

Sejak awal kami berdua dipanggil untuk ikut tahap seleksi Timnas, saya sudah sangat senang. Saya makin senang saat saya dipercaya sebagai starter dalam duel kontra Malaysia yang digelar Selasa, 6 September 2016 di Solo. Rasa bahagia makin yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata saat Indra masuk ke lapangan sebagai pemain pengganti pada 8 menit akhir laga malam itu.

Saya juga yakin kedua orang tua kami pasti bahagia. Kedua putranya bisa tampil bersama membela Tim Merah Putih, membela negara yang kami cintai. Peristiwa ini semakin memompa semangat saya untuk terus memberikan yang terbaik selama dipercaya bermain untuk Timnas. Kami akan berbuat yang terbaik untuk negara kami tercinta.

Dan kami sampai di level ini bukan hanya salah satu orang yang beruntung, kami bisa sampai disini berkat kerja keras dan pantang menyerah. Itu lah yang selalu di tanamkan oleh orang tua kami sejak kecil.

                                                          Tamat....

Senin, 05 September 2016

Gimana Hasilnya Setelah Di UGD


Tim Nasional kita tidak lama lagi akan menghadapi event  dua tahunan pesta sepak bola di dataran ASEAN. Ketika di tahun 1996 hingga 2006 AFF Cup bernama Tiger Cup, dan setelah tahun 2007 nama tersebut berubah menjadi AFF Cup. Pada pergelaran di tahun 2008 untuk pertama kalinya nama Tiger Cup di ganti menjadi AFF Cup.

Tim Nasional kita belum pernah sekalipun membawa pulang trofi yang sudah dua kali berganti nama, pencapaian terbaik adalah menjadi empat kali finalists. Prestasi yang terakhir di Piala AFF hanya mencapai penyisihan group, ketika itu nahkoda Tim Nasional Alfred Riedl di tahun 2014.

Saat ini bukan saya sedang membandingkan pelatih atau materi pemain di tiga era terakhir Piala AFF. Dan saya juga sedang tidak berkata pelatih A lebih baik dari pelatih B, dengan hasil dari AFF 2010, 2012, dan 2014. Jelas dengan kasat mata, timnasional 2010 di bawah arahan Alfred Riedl ketika itu lebih siap dari dua event setelahnya.

Pertanyannya adalah, mengapa seorang Andritany Ardhiyasa menilai 2010 lebih siap dari 2012, dan 2014?

Dalam analisa saya, mengapa 2010 lebih siap. Karena salah satu faktor adalah liga yang berjalan baik, dengan sistem satu wilayah. Pada saat liga berjalan satu wilayah seperti sekarang ini, setiap pemain sedang berada di peak performance. Karena dengan jumlah banyaknya pertandingan yang sama untuk setiap klub.

Mengapa 2012 bisa di bilang jauh dari kata sukses?.

Saat di tahun 2012, di tahun itu cikal bakal hancurnya sepak bola Indonesia, mengapa?. Terjadinya dua lisme ke pengurusan PSSI, membuat Tim Nasional kita terbagi menjadi dua. Pada akhirnya organisasi sibuk dengan dua lisme yang terjadi, sampai lupa untuk menyiapkan tim terbaik untuk turun di event AFF Cup. Dan hasil yang kurang memuaskan terjadi di tahun tersebut.

2014 salahnya di sistem liga. Mengapa saya bilang demikian?. Dengan tatanan liga yang menjadi dua wilayah saat itu, menjadi sebuah masalah besar bagi Tim Nasional kita. Bisa saya bilang hanya sebagian pemain yang bisa mencapai di peak performance. Mungkin hanya pemain dari klub yang masuk sampai di semi final atau final liga. Bagi pemain yang klubnya tidak lolos ke semifinal dan final akan memulai kondisi fisik dari nol.

Sekali lagi bukan saya sedang membandingkan di tiga era tersebut. Semoga saja di tahun 2016 ini, dengan tatanan liga yang satu wilayah, dan tidak ada nya konflik dua lisme, semoga membuat timnasional kita bisa berbicara banyak di pentas AFF Cup.

Mari kita nantikan apa kah Garuda sudah benar-benar sembuh dari sakitnya?, setelah lebih dari satu tahun lamanya masuk di unit gawat darurat (UGD). Menarik untuk kita tunggu. Dan jangan lupa mari kita support untuk timnasional kita yang akan berlaga di AAF Cup November mendatang.

                                                               Tamat....