Sabtu, 04 November 2017

El Clasico

Citylink akan menerbangkan kami kembali ke Ibu Kota setelah melaksanakan pertandingan yang sangat menguras tenaga, emosi, dan pikiran. Pertandingan yang bertajuk El Clasico Indonesia memang selalu ada drama yang sangat menarik untuk menjadi sebuah artikel.

Pada awalnya saya sebagai pemain sedikit kecewa, mengapa pertandingan ini harus terusir ratusan kilo meter dari kota Jakarta, tetapi saya sebagai pemain tetap harus bermain meskipun harus terusir ribuan kilo meter.

Sebelum terusir ke kota Surakarta, Persija ada rencana menjamu Persib di SUGBK, ternyata tidak mendapatkan izin dari pihak SUGBK. Selain itu ada obsi Persija semestinya bisa menjamu Persib di stadion Patriot Bekasi, karena pada esensinya setadion tersebut menjadi kandang Persija dari awal liga, tetapi yang terjadi semua di luar yang sudah di rencanakan, kami harus terusir ke kota Surakarta.

Dengan kejadian tersebut memang membuat beberapa pemain, dan supporter kecewa tetapi ini bukan kejadian yang pertama ketika melawan Persib harus bermain di luar JABODETABEK karena alasan keamanan.

Sebagai pemain pada esensinya saya siap bermain dimana saja, tetapi alangkah bagusnya kita bisa bermain di kandang sendiri, dan bisa di support oleh puluhan ribu supporter.

Kita lupakan tentang venue pertandingan, saat ini saya ingin mengajak pembaca untuk berfikir positif tentang apa yang terjadi di dalam lapangan.

Setelah pertandingan seperti biasa saya membuka account media sosial instagram, dan twitter. Saya terkejut ketika banyak comment yang saya terima ketika itu, dan comment seperti biasa pro, dan kontra. Ketika itu saya hanya tersenyum membaca comment yang ada, karena saya pribadi tidak merasa apa yang mereka tuduh kepada diri saya, dan seorang Bepe.

“Sampai saat ini saya, dan Bepe tidak berkata bahwa bola itu tidak goal. Bola itu mutlak goal”, dan semestinya papan skor di stadion Manahan membuat Persib unggul. Tetapi wasit menyatakan bahwa bola belum melewati garis, dan bagaimana reaksi kami ketika itu?.

Ketika saya melihat replay, semua pemain Persija menunjukan gestur tubuh lemas, tetapi wasit tidak meniup peluit menyatakan bola goal. Dan setelah itu, pada saat pemain Persib mempertanyakan keputusan wasit, apa ada satu pemain dari Persija membantah bahwa bola tersebut tidak goal, Ezechiel N'Douasselasing saat itu bertanya kepada saya, “goal keeper ball it’s goal?” Saya menjawab “goal, but referee have decision”. Apa yang saya katakan jujur kepada pemain tersebut.

Banyak comment di media sosial saya, mengapa anda tidak menyatakan bola itu goal kepada wasit?. Saya rasa semua keeper di dunia akan bereaksi sama seperti saya, mari kita berbicara, dan saya ingin membawa para pembaca mengingat kejadian piala dunia 2010 Afrika Selatan, ketika England melawan Jerman, apa yang di lakukan Manuel Neuer? Ketika itu tendangan Frank Lampard sudah melewati garis.

Jadi misalkan semua pemain harus jujur, ketika membuat pelanggaran, handsball, offside, dan semua pemain bisa menyatakan jujur di dalam pertandingan, menurut saya sepak bola sudah tidak butuh lagi orang seperti Pierluigi Collina, karena semua pemain sudah jujur, dan paham dengan peraturan.

Saya pribadi tidak puas dengan pertandingan tersebut, memang Persija menang, apa ada raut wajah gembira dari wajah saya. Yang membuat saya tidak puas, mengapa pertandingan tidak dilaksanakan sampai selesai.

Ketika itu setelah wasit meniup pluit panjang saya langsung menghampiri Ahmad Jufrianto, dan saya berkata “Jupe, pada akhirnya kalian rugi sendiri”, Jupriyanto hanya mengatakan “kita baru akan main lagi, kita sedang mengatur formarsi”. Itu yang di katakan Jupe kepada saya.

Tetapi menurut saya apapun alasannya jangan sampai kita berhenti dari pertandingan, mungkin jika pada saat itu wasit dari Indonesia, pasti akan merayu agar Persib bermain lagi. Tetapi wasit asing tidak demikian, karena mereka akan mengambil keputusan yang menurut mereka itu benar. Dan saya rasa atas kejadian ini menjadi sebuah pelajaran bagi siapapun agar sepak bola kita menjadi lebih baik.

Tetap bersatu, bendera kita masih Indonesia, sepak bola pemersatu Bangsa, rivalitas 90 menit.

                                                           Tamat....