Jumat, 01 Juli 2016

Pahlawan Yang Terlupakan

Malam itu di sekitar daerah pemukiman rumah saya di guyur hujan deras, dan sesekali terdengar suara petir yang menggelegar. Hujan turun dengan derasnya, suara percikan air yang turun ke bumi terdengar dari balik kaca jendela kamar tidur saya.

Malam itu saat hujan turun, saya tengah asik menonton televisi, acara yang saya saksikan saat itu adalah Road To ASIAN Games Indonesia. Dari menonton acara tersebut, pada akhirnya terlintas di benak saya untuk membuat sebuah artikel ini.

Oke, sedikit kita lupakan acara televisi yang saya saksikan tadi. Indonesia, negara yang besar, negara yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang melimpah.

Negara ini tidak pernah kehabisan bakat-bakat dari dunia olahraga. Dari Yayuk Basuki cabang tenis lapangan. Rudy Hartono, Susy Susanti, Alan Budi Kusuma cabang bulutangkis. Nurfitriana Saiman cabang Pemanah. Rony Paslah, Rony Patinasarani cabang sepak bola. Iliyas Pikal cabang tinju dan masih banyak lagi atlet-atlet berprestasi yang tidak mungkin saya sebutkan namanya satu per satu.

Nama-nama diatas adalah sedikit nama pahlawan-pahlawan bangsa dari dunia olah raga, mereka pernah membawa harum nama bangsa Indonesia di kancah internasional. Jasa mereka sangat besar untuk olahraga Indonesia.

Memang mereka bukan pahlawan kemerdekaan selayaknya Jendral Soedirman, atau Bung Tomo. Namun setidaknya mereka pernah berjuang, dan mengharumkan bendera pusaka merah putih di dunia olah raga.

Jasa yang besar seperti pahlawan revolusi memang harus kita kasih penghargaan, contohnya sepeti nama jalan atau nama sebuah gedung. Tetapi terkadang pemerintah Indonesia tidak pernah melihat jasa-jasa dari pahlawan dunia olahraga, mereka juga pernah membawa harum nama bangsa Indonesia di level internasional.

Di suatu pagi, saya pernah membaca berita di salah satu koran nasional, berita yang akhirnya membuat hati saya terenyuh. Berita tentang seorang mantan atlet nasional yang harus berjualan minuman di salah satu stadion olah raga di Jakarta.

Pada kisah yang lain, saya juga pernah melihat seorang mantan atlet nasional, yang harus menjadi pengemudi ojek demi menghidupi keluarganya.

Jasa para pahlawan olah raga memang tidak sebesar para pahlawan kemerdekaan, hingga tidak juga perlu dibuat menjadi nama-nama jalan protokol. Namun setidaknya sebuah perhatian sudah selayaknya mereka dapatkan dimasa-masa tua mereka.

Dan oleh karena itu, saya rasa pemerintah Indonesia harus segera turun tangan, agar mantan-mantan atlet yang pernah mengahrumkan nama bangsa dan negara mendapatkan perhatian yang semestinya.

Bukankah, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenang jasa-jasa para pahlawannya".

Selesai....